Rabu, April 30, 2008

Hapuskan Sistem Kontrak dan Outsourcing

Menyambut hari buruh sedunia yang jatuh pada tanggal satu mei yang dikenal dengan nama MAY DAY, ada satu agenda besar yang masih belum terselesaikan mengenai masalah perburuhan Indonesia, yaitu tentang sistem kontrak dan outsourcing.

Pada MAY DAY tahun lalu, Aliansi Buruh berhasil menggagalkan revisi UU No. 13 tahun 2003.

Revisi yang dilakukan pada saat itu sengat tidak memihak buruh . salah satunya adalah perluasan sistem kontrak dan outsourcing tidak hanya pada pekerjaan non inti saja, tetapi pada semua bidang pekerjaan, bahkan masa kontrak juga diperpanjang dari dua tahun menjadi lima tahun. Tentu saja hal ini sangat merugikan kaum buruh. Karena dengan sistem kontrak, hak-hak normatif buruh akan hilang dan buruh pun tidak mempunyai nilai tawar terhadap pengusaha.

Sementara pengusaha juga menuntut fleksibilitas tenaga kerja, yang ujung-ujungnya adalah efisiensi.

Wow…

Hidup di era neoliberalisme saat ini memang harus mendewakan yang namanya efisiensi dan efektifitas, tetapi jangan sampai tidak memanusiakan manusia.

Permasalahan ini bagi pemerintah ada sisi untung maupun rugi. Pemerintah akan diuntungkan karena bisa mengulur waktu penetapan revisi UU No. 13 Tahun 2003 tetapi kerugiannya adalah bisa-bisa investasi tidak diperoleh.

Semoga pertemuan antara buruh, pengusaha dengan fasilitator pemerintah dapat menemukan titik temu tanpa ada yang dikorbankan.

HIDUP BURUH….

BURUH BERSATU TAK BISA DIKALAHKAN!!!

Kamis, April 24, 2008

Informasi Gelar Budaya Mojopahit 2008

Barusan dapat informasi tentang gelar budaya mojopahit 2008. gelar budaya ini rutin diadakan setiap tahun sekali di mojokerto. Berikut agenda kegiatannya:

*GELAR BUDAYA MOJOPAHIT 2008*
Di area Candi Brahu Bejijong Trowulan Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur

*1.Sepeda Budaya Mojopahit*
Hari dan tanggal : Kamis, 1 Mei 2008, pukul 07.00 wib-selesai
Tempat kegiatan : area Candi Brahu (start & finish)
Peserta : pelajar dan umum
Syarat pendaftaran: registrasi peserta Rp 10.000,-
Jenis sepeda : bebas. Diutamakan sepeda tua. Bagi peserta yang
berbusana unik dan bertema budaya akan dinilai dan akan mendapat doorprize
sebuah almari es dan hadiah menarik dari panitia
Grand prize : I unit sepeda motor, 1 unit tv berwarna, 1 unit
sepeda sport, 50 hadiah hiburan

*2.Lomba Mirip Permaisuri dan Dayang Mojopahit*
Hari dan tanggal : Jumat, 2 Mei 2008, pukul 18.00 wib-selesai
Tempat kegiatan : Petilasan Siti Inggil desa Bejijong
Peserta : Umum (wanita)
Syarat pendaftaran :
-Registrasi peserta Rp 10.000,-
-peserta diwajibkan memakai busana layaknya Permaisuri dan Dayang
Mojopahit
-memperebutkan juara1,2 dan 3
-hadiah uang tunai dan piagam penghargaan

*3.Lomba Pembacaan Mocopat*
Hari dan tanggal : Sabtu, 3 Mei 2008, pukul 18.00 wib-selesai
Tempat kegiatan : Petilasan Siti Inggil desa Bejijong
Peserta : umum
Syarat pendaftaran :
-registrasi peserta Rp 10.000,-
-membawa sendiri bait atau syair mocopat
-memperebutkan juara 1,2 dan 3
-hadiah uang tunai dan piagam penghargaan

*4.Lomba Lukis dan Mewarnai Obyek Wisata Mojopahit*
Hari dan tanggal : Minggu, 4 Mei 2008, pukul 07.00 wib-selesai
Tempat kegiatan : area Candi Brahu desa Bejijong
Peserta : play group/TK dan SD
Tema kegiatan : cintai dan lestarikan budaya peninggalan Mojopahit
Syarat pendaftaran : registrasi peserta Rp 10.000,- (untuk semua group)
Klasifikasi lomba :
-Group A (play group dan TK)
Membawa sendiri alat dan meja gambar
Panitia menyediakan soft drink dan snack
Panitia menyediakan kertas/obyek yang akan diwarna
-Group B (SD kelas 1 sampai kelas 3)
Membawa sendiri alat dan meja gambar
Panitia menyediakan soft drink dan snack
Tema lukisan bebas dan bertema budaya Mojopahit

-Group C (SD kelas 4 sampai kelas 6)
Membawa sendiri alat dan meja gambar
Panitia menyediakan soft drink dan snack
Tema lukisan bebas dan bertema budaya Mojopahit
Semua group memperebutkan juara 1, 2 dan 3, harapan 1,2 dan 3
-hadiah uang tunai dan piagam penghargaan

*5. Lomba Pembacaan Sumpah Amukti Palapa*
Hari dan tanggal : Senin, 5 Mei 2008, pukul 18.00 wib-selesai
Tempat kegiatan : area balai desa Bejijong
Peserta : umum
Syarat pendaftaran :
registrasi peserta Rp 10.000,-
Wajib memakai pakaian ala patih
Teks Sumpah Palapa bisa diambil di panitia atau sekretariat
Memperebutkan juara 1,2 dan 3
Hadiah uang tunai dan piagam penghargaan

*6.Bazar Makanan dan Minuman Khas Mojopahit*
Hari dan tanggal : Rabu s.d Sabtu, 7-10 Mei 2008
Tempat kegiatan : area jalan raya balai desa Bejijong
Keterangan :
-informasi teknis kegiatan silakan menghubungi sekretariat Ladewi
-memperebutkan juara 1,2 dan 3
-hadiah uang tunai dan piagam penghargaan

*7.Kirab budaya dan Gelegar Musik Tradisional*
Hari dan tanggal : Sabtu, 10 Mei 2008, pukul 08.00 wib-selesai
Tempat kegiatan : area bazar desa Bejijong
Peserta :
- warga desa Bejijon
-memperebutkan juara 1,2 dan 3
-hadiah uang tunai dan piagam penghargaan

*Tempat Pendaftaran*:
1.Sekretariat LADEWI Jl Kebudayaan 3 Bejijong Trowulan Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur
2.Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mojokerto
3.Balai Desa Bejijong Trowulan Kabupaten Mojokerto

Pendaftaran dibuka tanggal 15 April 2008 sampai dengan 1 hari sebelum acara
dilaksanakan pada setiap jenis kegiatan yang digelar

*Penyelenggara kegiatan:*
Lembaga desa Wisata (LADEWI) Gajahmada
Sekretariat Jl. Kebudayaan 3 Bejijong Trowulan kabupaten Mojokerto
Telp/fax 0321- 494864, 494900
www.bhagaskarabronze.com
email:lembagadesawisata_gajahmada@yahoo.co.id<email%3Alembagadesawisata_gajahmada@yahoo.co.id>
Kontak: Supriyadi 081 231 210 10

*Didukung penuh oleh:*
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mojokerto
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Propinsi Jatim

Pak! Jangan Gunakan Istilah yang Tidak kami Mengerti Dong!

Judul diatas adalah ungkapan nyata dari peserta mata kuliah Pengantar Sosiologi di ruang kelas FISIP UNAIR. Saya juga berada di antara mereka. Waktu itu, kami adalah mahasiswa baru di kapus FISIP UNAIR, dan mata kuliah Pengantar Sosiologi merupakan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), artinya wajib diikuti oleh semua program studi di FISIP UNAIR.

Sang pengajar mata kuliah ini, Bapak Musta’in, Dosen sosiologi UNAIR dengan santainya menanggapi agar mahasiswa baru harus terbiasa untuk mendengar istilah-istilah yang berhubungan dengan studi yang mereka tempuh.

Kejadian kedua adalah pada saat pertemuan mahasiswa sosiologi se-Indonesia yang digagas kawan-kawan Sosiologi UNS Solo. Protes yang sama diajukan oleh kawan-kawan Sosiologi UNEJ yang pada saat itu masih semester dua . maklum, pada saat itu program studi Sosiologi UNEJ baru berdiri.

Saya jadi teringat pada saat ngobrol santai dengan Bapak Daniel Sparringa, PHD. Beliau mengeluhkan mahasiswa sosiologi UNAIR pada saat itu yang tidak mencerminkan dirinya sebagai mahasiswa sosiologi, terutama konten opini atau pendapat yang disampaikan di forum diskusi dan seminar.

Sebenarnya, pemilihan istilah tidaklah harus secara ansich digunakan secara menggebu-gebu dengan tidak memperdulikan siapa audiens kita. Sebaiknya lihat dulu siapa audiensnya. Jika audiens berasal dari lingkungan yang sama maka janganlah sungkan menggunakan istilah yang mereka pastinya juga bisa pahami. Misalnya kalo ketemu dengan orang-orang IT, jangan sungkan berbicara masalah jargon di IT secara teknis.

Rabu, April 23, 2008

Bersiaplah Menghadapi Kemacetan di dunia Maya

Kemajuan teknologi pengembangan web memungkinkan terciptanya situs yang berkapasitas besar seperti youtube.com yang memiliki konten multimedia. Situs-situs sejenis itu selain kecanggihannya juga membawa dampak terhadap dunia maya, yaitu rakus terhadap bandwith internet. Selebar apapun bandwith yang ibaratnya sebuah jalan tol, jika dilewati oleh kendaraan berbadan besar seperti truk trailer, akhirnya bisa macet juga.

Sebenarnya, semenjak situs berkonten multimedia merebak dan menjadi tren di dunia maya, sudah banyak yang mengeluhkan melambatnya akses internet. Terutama hal ini dirasakan oleh administrator. Keterbatasan sumber daya bandwith, menjadikan para administrator harus melakukan manajemen terhadap bandwith yang dimiliki, agar resource yang ada tidak melulu habis oleh konten multimedia.

Seorang kawan saya yang bekerja sebagai administrator di sebuah sekolah, menerapkan manajemen bandwith dengan menutup akses terhadap situs pertemanan http://www.friendster.com karena disinyalir dari log kunjungan, situs friendster dianggap telah memboroskan bandwith yang dimiliki sekolah tersebut.

Mmm, sebuah pilihan terakhir bagi seorang administrator untuk mengambil keputusan ini. Meskipun masih banyak jalan untuk membuka situs friendster tersebut (ingat kasus ditutupnya akses youtube.com gara-gara film fitna). Saya lebih mencoba instropeksi, bahwa ternyata sumber daya bandwith internet itu terbatas. Kesadaran itu perlu ditanamkan, apalagi untuk Indonesia, di mana harga bandwith masih mahal. Saya jadi teringat dengan kasus dicaci makinya sebuah penyelenggara Mobile Internet Service Provider yang menerapkan manajemen terhadap bandwithnya sehingga pelangganya menghadapi keterbatasan untuk mengunduh file dari dunia maya.

Mungkin ini bisa menjadi tema penelitian baru, untuk menciptakan situs yang mempunyai konten multimedia, tetapi tidak rakus bandwith.

Sepertiga Industri di Sidoarjo Membuang Limbahnya di Sungai

Kompas edisi Jawa Timur hari ini (rabu, 23 april 2008) mengungkapkan bahwa sebanyak 600 dari 1800 industri di wilayah Sidoarjo mulai dari tingkat kecil hingga tingkat besar telah membuang limbahnya di sungai. Jumlah 600 ini artinya adalah sepertiga jumlah industri yang ada di Sidoarjo.

Data ini diperoleh dari penelitian Dewan Lingkungan Sidoarjo (DLA) pada akhir tahun 2007 terhadap sebelas sungai yang mengalir di Sidoarjo. Hasilnya adalah ditemukannya kandungan zat-zat yang dikategorikan berbahaya seperti Sulfida (H2S), fenol dan Timbal (Pb).

Mirisnya, Dinas Lingkungan Hidup sidoarjo, ketika dikonfirmasi mengenai hal ini,malah mengungkapkan alas an minimnya anggaran pengawasan, sehingga hanya mampu melakukan pengawasan terhadap tiga kecamatan saja di Sidoarjo (Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Buduran dan Kecamatan Candi), padahal industri hamper tersebar di seluruh kecamatan di Sidoarjo.

Hal ini membuktikan, bahwa Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Padahal industri adalah penyumbang terbesar dalam APBD Sidoarjo. Entah apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang jika masalah ini tidak juga tertangani.

Pemilihan Gubernur Jabar dan Sumut, Cermin Kemenangan Partai Kecilkah?

Hal yang ramai dibicarakan dalam dunia perpolitikan saat ini di luar penangkapan “Abang” Amin Nasution oleh KPK adalah kemenangan partai-partai kecil di pemilihan gubernur Jawa Barat dan Sumatera Utara.

Seperti yang kita ketahui, baru-baru ini ada dua propinsi besar di Indonesia, yaitu Jawa Barat dan Sumatera Utara yang menggelar pesta demokrasi untuk memilih pemimpin daerah tersebut. Hasilnya cukup mengejutkan banyak pihak. Meskipun masih sementara, karena belum ditetapkan secara sah oleh KPUD, pasangan Ahmad Herryawan – Dede Yusuf yang diusung oleh PKS dan PAN masih menduduki peringkat teratas dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat. Sementara di Sumatera Utara, tidak kalah mengejutkan, yaitu masih unggulnya suara untuk Syamsul Arifin – Gatot Pujo Nugroho yang diusung dari koalisi sepuluh partai kecil.

Sangat menarik hal ini untuk dianalisis, yang pertama adalah adanya wacana bahwa partai-partai besar telah mengalami kejenuhan. Rakyat menganggap bahwa partai-partai besar yang notabene berbanding lurus dengan jumlah wakil rakyat yang ada di parlemen, ternyata tidak serta membawa perubahan yang signifikan bagi rakyat, tentu ini menurut rakyat yang awam akan angka-angka BPS yang menurut Bapak SBY kemiskinan semakin menurun berdasarkan data BPS, demikian juga menurut kawan saya yang baru pulang dari Belanda seusai menyelesaikan pasca sarjananya di bidang ekonomi dan dengan bangganya dia mengatakan bahwa Indonesia telah berhasil meningkatkan perekonomian, dan tentu saja ini berdasarkan angka-angka di atas data BPS. Tetapi senyatanya, rakyat masih saja merasakan kesulitan di sana-sini, seperti antre untuk mendapatkan minyak tanah, harga-harga bahan pokok yang tidak terkontrol wabah penyakit yang tidak terkendali dan masih banyak lagi. Entah ini suatu kebetulan atau tidak bahwa kesulitan-kesulitan itu justru dirasakan pada saat Indonesia memasuki kondisi politik yang lebih demokratis. Ketidaksiapan menghadapi globalisasi juga menjadi tudingan keterpurukan negara ini. Ujung-ujungnya, rakyat Indonesia melihat, bahwa partai-partai besar yang ada di parlemen tidak mampu mengatasi permasalahan itu semua. Akhirnya tidak ada jalan lain, jika suatu penyakit tidak dapat tertangani oleh satu dokter, sebaiknya pindah ke dokter lain yang mungkin, sekali lagi mungkin mempunyai obat yang lebih mujarab.

Hal inilah yang menjadi salah satu kemungkinan, karena memang belum ada hasil penelitian mengenai hal ini, bahwa kemenangan partai kecil adalah obat alternatif bagi rakyat. Berbagai permasalahan timbul di Jawa Barat, dari mulai sulitnya lapangan pekerjaan, angka kemiskinan yang masih tinggi, pendidikan yang belum merata, masalah kesehatan, kegagalan panen di daerah yang pernah menjadi lumbung padi nasional ini, dan jangan lupa, jika kita ingat kota Indramayu, betapa mirisnya bahwa angka perdagangan manusia di kota ini begitu tinggi. Jadi tidaklah salah jika memilih dokter lain, yang masih muda, ganteng dan bisa menghilangkan pusing, tentu saja bukan dengan obat Bodrex yang seperti diiklankan oleh Dede Yusuf, akan tetapi dengan program-program nyata untuk rakyat.

wacana kemenangan partai-partai kecil juga menyeruak di pemilihan gubernur Sumatera Utara. Syamsul Arifin, sejatinya adalah kader partai Golkar, dan entah mengapa dia lebih memilih untuk mengusung partai-partai kecil untuk menaklukkan partai-partai besar termasuk partai yang menaunginya dahulu. Menurut Syamsul Arifin, Tim Sukseslah yang banyak menentukan kemenangan dirinya. Tetapi dengan pisau analisis yang sama dengan kemenangan pasangan HaDe di Jawa Barat, sepertinya bisa menjadi konklusi yang sama. Berbagai persoalan juga banyak timbul di propinsi Sumatera Utara. Coba saja kita berkunjung ke Medan, ibukota Sumatera Utara. Entah bagaimana mengatasi keruwetan di Medan, sampai-sampai timbul istilah, “Ini Medan Bung”. Belum lagi kasus pembalakan liar yang disinyalir adanya keterlibatan aparat, Pelanggan listrik yang terus mengalami pemadaman bergilir, yang menyebabkan roda perekonomian seringkali terhenti takkala listrik padam.

Solusinya, ya itu tadi. Mari kita mencari dokter baru yang muda, ganteng, dan kalo yang ini plus jenaka. Supaya rakyat yang sakitnya akut masih bisa tertawa dan terhibur.

Yang kedua, adalah wacana lain yang menegasikan wacana di atas. Menurut Bang Firman Djaya Daeli, Ketua DPP PDI Perjuangan, bahwa banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam memenangkan Pilkada. Yang pertama adalah kepopuleran tokoh, yang kedua adalah mesin politik yang mengusung dalam hal ini adalah partai dan yang ketiga adalah tim sukses dari calon pemimpin daerah tersebut. Yang paling baik adalah mengelaborasikan ketiga faktor tersebut. Meski terkadang salah satu faktor seringkali menjadi lebih dominan. Hasil Pilkada Jabar dan Sumut, menurut analisis Bang Firman, tidak serta merta menjadi cerminan bahwa kepopuleran Partai besar semakin menurun. Bang Firman mencontohkan bahwa beberapa Pilkada di Propinsi lain, seperti Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, masih menunjukkan kemampuan partai besar dalam menjalankan mesin politiknya.

So, hal ini akan menjadi PeEr besar bagi partai politik, entah itu partai besar atau partai kecil untuk berlomba-lomba memenangkan Pilkada. Masih ada pemilihan Gubernur Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali yang notabene dikuasai oleh partai-partai besar. Semoga pemilihan Gubernur di propinsi lainnya tersebut lebih demokratis dan siapapun pemimpinnya adalah pemimpin yang betul-betul mengemban amanat dari rakyat.

Selasa, April 22, 2008

Kartini hari ini

Hari ini adalah hari lahirnya Raden Ajeng Kartini. Dan hari ini pula ditetapkan sebagai simbol kebangkitan kaum wanita atau perempuan entah bagaimana kamu menamainya. Bagi saya, tidak perlu kita meributkan wanita atau perempuan, yang terpenting adalah memaknai perjuangan Kartini dengan tidak sekedar memakai kebaya, tidak sekedar lomba memasak tetapi lebih dari itu, Kartini adalah simbol perlawanan dari ketidakberdayaan terhadap hegemoni.

Hegemoni apa?

Entah mengapa, hampir semua budaya yang ada di atas bumi ini selalu meninggikan kaum laki-laki. Patriarki, demikian mereka menyebutnya. Semua serba lelaki, mulai dari kepemimpinan, kepemilikan harta dan kekuasaan hingga kebebasan untuk menindas sesamanya, seakan-akan dibenarkan oleh sang Patriarki.

Mungkin inilah warisan jaman purba kita, dimana yang kuat adalah yang menang. Dan sialnya, secara fisik, laki-laki selalu saja lebih unggul.

Jadi, Kartini mencoba membuka wacana, mari kita menerima wanita sebagai sebuah mahluk yang berbeda dengan laki-laki dan tentu saja di luar kodratnya sebagai wanita yang harus melahirkan dan menyusui anak. Di luar itu, wanita juga mampu seperti laki-laki. Dia mempunyai intelejensi, dia mempunyai keahlian bahkan juga kekuatan fisik yang sama dengan laki-laki.

Mmm, kenapa saya bisa berpikir seperti ini. Mungkin karena saya mempunyai ibu yang mendapatkan kesempatan untuk bekerja, berkarir dalam separuh lebih dari waktu hidupnya. Bukan karena dia perempuan, tetapi karena dia adalah manusia yang sama dengan kita, kaum laki-laki....