Itulah cermin sepakbola kita, semua nyantai yang penting ada pemasukan. Padahal banyak dari klub tersebut mengambil APBD kota asal mereka. Dan hasilnya adalah kekecewaan di sana-sini. Apakah ini cermin dari kegagalan PSSI yang dipimpin oleh seorang narapidana dari balik jeruji penjara.
Saking hebatnya sang napi ini, sampai skorsing terhadap pemain yang mengakibatkan kerusuhan bisa dicabut lagi, dan dengan entengnya mereka bisa bermain lagi tanpa takut dengan skorsing tersebut. Betul-betul tidak mendidik. Aku pikir lebih baik jika kompetisi ini dibubarkan saja, termasuk dengan pengurus PSSI nya.
Kawan, aku bukan penggemar bola, tetapi menonton prestasi olahraga Indonesia rasanya menjadi keharusan bagi aku. Aku tidak membela klub manapun yang penting mainnya asyik itu udah cukup bagi aku.
Tapi apakah semuanya harus dibayar dengan adu jotos dan bakar membakar stadion. Uggh, rasanya sudah cukuplah melihat tingkah laku Bonek yang mencegat kendaraan di jalan-jalan dan seringkali merepotkan Polisi karena harus menjaga ekstra mereka. Bayangkan jika Bonek harus bertanding, Polisi sampai menerjunkan 2000 personil di Surabaya, itu hanya untuk pengamanan terbuka, belum yang tertutup. Oalah, kok sampai ngrepoti gitu ya.
Bapak Ahdyaksa selaku menpora juga jengah dengan tingkah laku para pelaku persepakbolaan kita. Dan mengancam akan menghentikan kompetisi persepakbolaan kita. Kalo saya pak, jangan dihentikan deh mending pengurus PSSI tuh diberhentikan aja dulu karena udah terbukti biangnya mafia di sana, trus di tata lagi dari awal, dan jangan sampai mafia-mafia itu ngurusin sepak bola di Indonesia lagi deh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar